Sebagai gerbang utama Singapura, Bandara Changi pastinya terus berkomitmen mencegah penyebaran varian COVID-19 yang lebih mudah menular melalui udara. Nah, salah satu caranya adalah dengan menerapkan berbagai teknologi baru demi memastikan sirkulasi dan kualitas udara semua terminalnya tetap terjaga untuk keamanan semua orang di dalamnya.
Ya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjaga sirkulasi dan ventilasi udara bersih dalam ruangan sangat berperan penting untuk meminimalkan risiko penyebaran virus via partikel udara atau percikan cairan (droplet). Berikut ini adalah beberapa cara Bandara Changi memperbaiki kualitas udara yang juga bisa jadi inspirasi untuk diterapkan di rumah kamu sendiri juga lho, yuk kita simak bersama!
Desain Atap Tinggi untuk Sirkulasi Udara Lebih Lancar
Sebelum masa pandemi pun, terminal di Changi telah memiliki sistem ventilasi yang didesain dengan atap tinggi dan ruangan yang terbuka lebar sehingga menciptakan kesan yang lapang sekaligus memudahkan udara dalam ruangan bersirkulasi sepenuhnya setiap 6 sampai 10 menit. Sementara di area kamar kecil, sirkulasi udara terjadi setiap tiga menit. Hal ini lebih sering daripada pedoman nasional yang baru-baru ini diperbarui untuk meningkatkan ventilasi gedung dan kualitas udara dalam ruangan.
Begitupun untuk rumah kita, pastikan tinggi atap sudah ideal dan sesuai dengan iklim. Untuk kawasan tropis seperti Indonesia, tinggi atap yang direkomendasikan adalah sekitar 3-4 meter yang memudahkan udara panas untuk naik dan bersirkulasi dengan lancar. Hawa panas pada siang hari pun bisa diredam meski tanpa pendingin udara. Kita pun jadi makin betah dan tetap sehat di dalam rumah.
Menjaga Filter Pada Penyejuk Udara (AC) Tetap Bersih
Sejak pandemi, filter pada sistem penyejuk udara dan ventilasi mekanis di semua terminal Changi telah ditingkatkan dari yang awalnya memakai Minimum Efficiency Reporting Values (MERV)-7 menjadi MERV-14. Filter dengan tingkatan lebih tinggi ini secara efektif bisa menghalau 85% partikel udara yang berukuran 0,3 – 1,0 mikrometer atau lebih kecil dari partikel coronavirus dalam droplet sistem pernapasan.
Untuk memastikan filter MERV-14 tetap bekerja secara efisien, mereka akan diganti setiap 1 sampai 2 bulan sekali, tergantung dari kondisi pemakaiannya. Semua filter bekas itu kemudian akan disimpan rapat-rapat untuk dibuang secara aman oleh pekerja yang memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
Membersihkan filter pada penyejuk ruangan di rumah kita adalah hal vital untuk membuat udara dalam ruangan tetap bersih sekaligus menjaga mesin tetap bekerja dengan baik. Kita harus rutin membersihkan filter AC setidaknya setiap 1 hingga 3 bulan sekali, tergantung dari kondisi udara di rumah. Makin kotor, berarti harus makin sering dibersihkan baik oleh kita sendiri atau memanggil petugas servis secara berkala.
Memasang Alat Pemurni Udara
Bandara Changi juga secara progresif memasang peralatan sanitasi Ultraviolet-C (UV-C) di stasiun dan unit pengatur udara di semua terminal. UV-C dapat membunuh sisa-sisa virus dalam udara dan menjadi lapisan pelindung tambahan setelah filter MERV-14. Selain itu di area yang lebih tertutup, juga dipasang alat pemurni udara portabel dengan filter High-Efficiency Particulate Air (HEPA) setara kualitas rumah sakit untuk makin meminimalkan risiko penyebaran virus lewat udara.
Dengan alat ini, setelah udara dalam terminal disaring oleh filter MERV-14, pemurni udara dengan filter HEPA tersebut akan kembali membersihkan udara yang tersirkulasi di dalam ruangan dengan menghilangkan lebih dari 99% partikel yang tersisa. Tergantung dari kapasitas pembersih udaranya, biasanya hanya butuh 3 menit untuk membersihkan udara di area seluas flat dua kamar.
Agar makin yakin dengan kualitas udara di rumah, kita juga bisa memasang alat pembersih udara (air purifier) untuk menyaring debu, kuman, bakteri, dan partikel lain dalam udara sehingga kita bisa menghirup udara yang lebih bersih dan menurunkan risiko terpapar virus dalam udara.
Menjaga Tingkat Karbon Dalam Ruangan
Bandara Changi bekerja sama dengan lembaga kesehatan dan melakukan beberapa tes difusi asap untuk memastikan desain aliran udara dalam ruangan tidak berkontribusi terhadap pergerakan udara yang merugikan dari zona berisiko tinggi ke zona berisiko lebih rendah. Untuk jaminan kualitas, Changi juga melakukan pemeriksaan rutin kualitas udara dalam ruangan, termasuk pengukuran Karbon Dioksida (CO2), polutan, kelembapan, suhu, dan laju aliran udara.
Dengan perlindungan berlapis-lapis ini, tingkat Karbon Dioksida di terminal Bandara Changi tetap rendah, kurang dari 500 ppm (parts-per-million). Ini hampir 30% lebih baik daripada tingkat yang diizinkan dan sudah ditetapkan dalam Kode Praktik untuk Kualitas Udara Dalam Ruangan. Oleh karena itu, pengunjung bisa makin merasa yakin dengan ventilasi yang baik dan kualitas udara dalam ruangan yang lebih tinggi setiap kali mereka tiba di Bandara Changi.
Karbon Dioksida yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat berbahaya bagi tubuh kita, karena itu penting bagi kita untuk menjaga keseimbangannya dalam rumah kita. Beberapa caranya adalah dengan tidak merokok di dalam ruangan dan mengganti pengharum ruangan sintetis elektronik dengan pengharum ruangan alami seperti tanaman lidah buaya atau pakis yang juga dapat menyerap polusi udara dalam ruangan.
Berbagai cara di atas telah dilakukan oleh Bandara Changi sebagai upaya menghindari transmisi COVID-19 sekaligus mempersiapkan Changi untuk menyambut kembali kedatangan semua orang, termasuk kita di Indonesia kalau situasinya sudah aman untuk bepergian kembali. Untuk sekarang, yuk kita coba tips di atas demi kualitas udara yang baik di rumah kita.